Jumat, 06 Januari 2012

CARA MENGHILANGKAN BEKAS LUKA DAN JERAWAT


Memiliki bekas luka atau bercak hitam sering membuat kita ngerasa nggak pede. Apalagi, sudah mencoba banyak produk kok hasilnya nggak memuaskan ya?! Setelah lama searching, akhirnya menemukan beberapa tips menghilangkan bekas luka dengan cara sederhana

Tips 1
Ambil daun katuk randu beberapa lembar, cuci hingga bersih. Kompres atau bersihkan area luka yang membekas tersebut dengan air hangat dengan sabun antiseptik. Gosokan daun tersebut di bagian yang membekas. Ulangi beberapa kali dan lakukan 2 kali sehari. Bisa juga anda menumbuk atau memblender daun tersebut dan oleskan di bagian bekas luka. Ingat, bila anda merasa gatal hentikan pemakaian!.

Tips 2
Ambil teh basi atau yang sudah terpakai. Bila menggunakan teh celup, buka kemasannya hingga bagian daun terlihat. Gosok the tersebut di bagian tubuh yang terdapat bekas luka. Lakukan seperti sedang melulur bagian tubuh. Diamkan sebentar kira-kira 10-15 menit. Lakukan secara rutin seminggu minimal dua kali.



Tips 3
Ambil buah pare, tumbuk dan ambil air atau sarinya. Campur air tersebut dengan tepung beras hingga berbentuk seperti krim. Basuh bagian bekas luka yang ingin dihilangkan dengan air hangat. Oleskan secara teratur pada bekas luka tersebut. Ramuan ini juga dapat dilakukan untuk memutihkan wajah atau tubuh




Tips 4
Ambil bagian putih dalam telur. Pisahkan dan tambahkan madu lalu aduk hingga merata. Oleskan pada bagian bekas luka tersebut secara rutin. Ramuan ini jga dapat digunakan untuk menghilangkan flek pada wajah.




Tips 5
Rendam beras selama 15 menit, angkat dan tumbuk sampai halus. Tumbuk beberapa buah kencur hingga halus dan campur dengan beras tadi. Setelah merata bubuhkan pada bekas luka setiap hari selama dua minggu.

Tips 6
Ambil satu suing bawang merah, parut hingga halus. Setelah halus tempelkan pada bagian bekas luka tersebut. Bawang merah juga bisa digunakan untuk menyembuhkan luka bakar, keloid dan bisul.

Tips 7
Percaya atau tidak, pasta gigi dengan kandungan pemutih dapat menghilangkan bekas luka. Caranya oleskan sesering mungkin pada bagian bekas luka yang ingin dihilangkan. Diamkan selama 15-30 menit secara rutin. Bersihkan dengan air hangat.

Buat temen-temen yang mau menghilangkan merah-merah bekas jerawat ada tipsnya nih.. 
1. Pada Pagi hari : 
Cuci muka dengan sabun muka yang biasa kalian pake, terus pake ramuan ajaib ini Baking Soda (sodium bicarbonat) satu sendok dicampur dengan air secukupnya, usapkan ke seluruh wajah sambil pijat secara halus.terus bilas sampai bersih. setelah itu ambil Apple Cider Vinegar (ACV) /cuka apel yang bisa kamu dapetin di supermarket. campur dengan air menggunakan perbandingan 1:8, satu sendok teh ACV divampur dengan 8 sendok teh air, balurkan ke seluruh wajah menggunakan kapas. tunggu sampai 15 menit, kemudian bilas sampai bersih. pake sunblock kalo mau keluar rumah. 

2. Malam hari : 
Cuci muka seperti biasa, kemudian pake masker : putih telur+perasan lemon (sedikit aja!) oles keseluruh wajah, diamkan selama 15 menit, terus bilas sampai bersih. trus kalian bisa ngasi obat jerawat yang cocok buat kalian (kalo masi ada 1 atau 2 jerawat) .

Lingkup Promosi Kesehatan Pada Ibu yang akan Bersalin











Kamis, 22 Desember 2011

RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR

BAB I 
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang 
Masalah kesehatan ibu dan bayi terutama pada masa perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasmendatang. 1 angka kematian perinatal pada tahun 1984 adalah 45 /1000 kelahiran ,1994 adalah 36/1000 kelahiran sedangkan di rumah sakit besar dan rujukan dapat lebih tinggi lagi .Penyebab utama kematian adalah aspiksia, komplikasi BBLR, tetanus neonatorum, dan trauma kelahiran terutama di negara berkembang .Dengan pemeriksaan prenatal care yang baik ,hanya lebih kurang 5% bayi baru lahir memerlukan pertolongan resusitasi dan ¼ diantaranya memerlukan intubasi. 

Angka kematian perinatal di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 40 per 1000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka tersebut, antara lain penyakit dan perkembangan kesehatan ibu dan janin serta semua hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung. 

Resusitasi diperlukan oleh neonatus yang dalam beberapa menit pertama kehidupannya tidak dapat mengadakan ventilasi efektif dan perfusi adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi dan eliminasi karbondioksida, atau bila sistem kardiovaskular tidak cukup dapat memberi perfusi secara efektif kepada susunan saraf pusat, jantung dan organ vital lain. (Gregory, 1975)

I.2. Tujuan 
Memahami apa itu resusitasi dan bagaimana prosedur resusitasi neonatus sebagai upaya menatalaksana neonatus yang tidak dapat bernafas secara spontan dan adekuat . Seorang bidan harus mampu menangani resusitasi baik pada bayi baru lahir maupun pada ibu . 

BAB II
PEMBAHASAN 

II.1. Pengertian Resusitasi 

Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha untuk membantu bayi agar bisa bernafas secara spontan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi. 
Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekuat (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002) . Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit). 

Apakah bayi baru lahir memerlukan resusitasi ? 
Kira-kira 10 % bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir,dan sekitar 1 % saja yang memerlukan resusitasi lengkap mulai dari pembersihan jalan nafas hingga pemberian obat – obatan darurat. 

II.2. Tujuan Pemberian Resusitasi 
Memberikan ventilasi yang adekuat. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat alat vital lainnya. 

II.3. ETIOLOGI
Penyebabnya karena terjadinya oksigenasi yang tidak efektif dan perfusi yang tidak adekuat pada neonatus dapat berlangsung sejak saat sebelum persalinan hingga masa persalinan.

II.4. FISIOLOGI
Waktu bayi lahir ,napas pertama terjadi karena rangsangan udara dingin, cahaya,perubahan biokomia darah dsb. Cairan yang ada pada paru-paru sebagian besar akan dikeluarkan pada saat bayi dilahirkan karena tekanan jalan lahir pada dinding thorak ( squeeze) dan sebagian kecil diserap oleh pembuluh darah kecil. Sirkulasi darah berubah dari sirkulasi janin ke sirkulasi dewasa. Pada saat bayi dilahirkan dan terjadi pernapasan alveoli yang padea saat belum lahir berisi air,akan berkembang dengan berisi udara. Aliran darah ke paru akan bertambah karena oksigen yang didapat bayi akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah paru .aliran darah balik paru ( venous return ) akan meningkat. Sehingga akibatnya akan terjadi aliran darah keluyar dari ventrikel kiri. Pada bayi baru lahir yang normal penutupan duktus arteriosus dan penurunan tahanan pembuluh darah paru akan berakibat penurunan tekanan arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Penurunan terendah terjadi 2 atau 3 hari post natal Kadang-kadang sampai lebih dari 7 hari post natal ( Behrman , 1992 ).

Ekspansi paru segera pada waktu lahir memerlukan tekanan ventilasi yang lebih tinggi dibandingkan pada tahap lainnya masa bayi. Kegagalan ekspansi ruang alveolar yang adekuat dapat terjadi pada hipoksemia dan asfiksia. Asfiksia menyebabkan hipoksia progresif, hiperkapnia, hipoperfusi dan asidosis. Konsekuensi dari hipoksia dan asidosis adalah vasokonstriksi paru, pembukaan duktus arteriosus, right-to-left shunting, disfungsi myokard, output jantung kurang, asidosis metabolik dan kerusakan sistem organ. Pada hipoksia janin, setelah beberapa kali napas dangkal pusat respirasi tidak dapat melanjutkan inisiasi pernapasan sehingga pernapasan berhenti. Hal ini disebut apnu primer. Sebagian besar neonatus dengan apnu primer merespon stimulasi saja. Jika hipoksia menetap, bayi mulai terengah. Periode antara engahan terakhir dan cardiac arrest disebut apnu skunder. Secara klinis, tidak mungkin membedakan apnu primer dan sekunder. Karenanya penting untuk menduga bayi apnu mengalami apnu sekunder. Penatalaksanaannya berupa bag and mask ventilation, kompresi dada, intubasi dan obat-obatan.

II.5. PATOFISIOLOGI

1) MASALAH PELAYANAN PERINATAL 
Sebagian besar kehamilan (65%) tidak mendapat pemeriksaan antenatal sedangkan persalinan umumnya (90%) masih ditolong oleh dukun. Kualitas pelayanan antenatal sesuai tingkat pelayanan masih belum memadai sehingga kehamilan risiko tinggi mungkin tidak mendapat pelayanan yang tepat.

2) PELAYANAN INTRANATAL 
Kematian terbesar terjadi pada saat intranatal, dan saat ini memang sangat kritis mengingat faktor yang berkaitan, yaitu penyakit ibu, plasenta dan janin. Penyakit ibu dapat lebih mudah diketahui, tetapi keadaan dan fungsi plasenta serta keadaan janin sulit diketahui. Gerakan janin mungkin dapat dipakai sebagai patokan kesejahteraan janin, walaupun mungkin sangat kasar. Besar janin dapat disebagai pertanda nutrisi janin masih adekuat tetapi suplai oksigen mungkin amat sukar untuk diketahui. Untuk itu maka pada pusat rujukan diperlukan alat bantu pemantau elektronik. Pengenalan dan kesadaran akan adanya faktor risiko merupakan awal dari proses rujukan. Rujukan yang tepat akan dapat mengurangi kematian perinatal.

3) PELAYANAN POSTNATAL 
Kehidupan dan kualitas bayi baru lahir amat ditentukan oleh pelayanan kebidanan. Sejak saat lahir bayi dapat mengalami cedera seperti trauma lahir, trauma dingin, renjatan, resusitasi yang tidak adekuat atau infeksi. Bayi dapat menderita renjatan, bradikardia yang tidak segera diatasi dan baru disadari bahwa bayi tersebut “sakit” dan timbul gangguan pernafasan. Bayi risiko tinggi memerlukan perawatan intensif, untuk itu pengenalan faktor risiko dan proses rujukan merupakan kunci keberhasilan usaha menurunkan kematian perinatal. Pemberian ASI telah terbukti dapat mengurangi angka kesakitan akibat infeksi. Untuk itu perlu ditingkatkan terus usaha promosi ASI dan byi baru lahir yang memerlukan resusitasi adalah program rawat gabung. 

II.6. FAKTOR RESIKO 
Faktor resiko yang berkaitan dengan kebutuhan tindakan resusitasi neonatus: 

Faktor antepartum 

1. Diabetes maternal 

2. Hipertensi dalam kehamilan 

3. Hipertensi kronik 

4. Anemia atau isoimunisasi 

5. Riwayat kematian janin dan neonatus 

6. Perdarahan pada trimester dua dan tiga 

7. Infeksi maternal 

8. Ibu dengan penyakit jantung, ginjal,para tyroid, ataun kelainan neurologi 

9. Polihydromion 

10. Oligohydromion 

11. Ketuban pecah dini 

12. Kehamilan lewat waktu 

13. Kehamilan ganda 

14. Berat janin tidak sesuai masa kehamilan 

15. Terapi obat-obatan seperti karbonatilium,magnesium, B bloker 

16. Ibu pengguna obat-obat bius 

17. Malformasi janin 

18. Berkurangnya gerakan janin 

19. Tanpa pemerikswaan antenatal 

20. Usia < 16 dan > 35 

Faktor intrapartum 

1. Operasi saesar darurat 

2. Kelahiran dengan ekstraksi vakum 

3. Letak sungsang atau presentasi abnormal 

4. Kelahiran kurang bulan 

5. Persalinan presipitatus 

6. KPD ( >18 jam sebelum persalinan 

7. Partus lama (> 24 jam ) 

8. Kala 2 lama ( >2 jam ) 

9. Bradikardi janin 

10. Frekuensi jantung janin yang tidak beraturan 

11. Pengguna anestesi umum 

12. Tetani uterus 

13. Penggunaan obat narkotik dalam 4 jam / kurang sebelum persalinan 

14. Air ketuban hijau kental bercampur mekoneum 

15. Prolaps tali pusat 

16. Solutio placenta 

17. Solutio plasenta 

18. Plasenta previa 

II.7. MANIFESTASI KLINIK 
Gejala umum yang terjadi pada bayi baru lahir yang memerlukan tindakan resusitasi adalah bayi yang baru lahir namun tidak mampu untuk menghirup oksigen dengan adekuat dengan tanda dan gejala : Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan. 

II.8. TANDA – TANDA RESUSITASI PERLU DILAKUKAN 
1. Pernafasan : Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya. 

2. Denyut jantung – frekuensi : Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = frekuensi denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian : 
· Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit. 
· Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif). 

3. Warna Kulit : Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin. 

II.9. PERSIAPAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR 
Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal. 
1. Persiapan Keluarga 
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan. 

2. Persiapan Tempat Resusitasi 
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi. 

3. Persiapan Alat Resusitasi 
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu: 
a) 2 helai kain/handuk 
b) Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi. 
c) Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet 
d) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal 
e) Kotak alat resusitasi. 
f) Jam atau pencatat waktu 

II.10. PENATALAKSANAAN 

Kondisi yang memerlukan resusitasi : 
1) Sumbatan jalan napas akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke posterior. 
2) Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya . 
3) Kerusakan neurologis. 
4) Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi. 
5) Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan. 

Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya. 

Penting untuk resusitasi yang efektif : 
1) Tenaga yang terampil, tim kerja yang baik. 
2) Pemahaman tentang fisiologi dasar pernapasan, kardiovaskular, serta proses asfiksia yang progresif. 
3) Kemampuan / alat pengaturan suhu, ventilasi, monitoring. 
4) Obat-obatan dan cairan yang diperlukan. 

II.11. LANGKAH-LANGKAH RESUSITASI BBL 

Sebelum bayi lahir, harus mengetahui informasi: 
1.Bayi cukup bulan atau tidak? 
2. Air ketuban bercampur mekonium atau tidak? 

Setelah bayi lahir, lakukan penilaian: 
1. Bernafas atau menangis? 
2. Tonus otot baik? 

Bila hasil penilaian baik, yaitu bayi cukup bulan, air ketuban tidak bercampur mekonium, bayi menangis, tnus otot baik. Maka lakukan PERAWATAN RUTIN yaitu Beri kehangatan, Bersihkan jalan nafas, Mengeringkan bayi 

Bila hasil penilaian tidak baik, maka lakukan : 

A. AIRWAY (LANGKAH AWAL) dilakukan 30 detik . 
1) Jaga bayi tetap hangat à Selimuti bayi dengan kain, pindahkan bayi ke tempat resusitasi. 
2) Atur posisi bayi à Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong. Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi. Posisi semi ekstensi yaitu hidung dan mulut dalam satu garis lurus. 
3) Isap lendir à Gunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola karet. 
- Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung. 
- Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan). 
- Bila menggunakan pengisap lendir DeLee, jangan memasukkan ujung pengisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti napas bayi. 
                                                             Contoh alat penghisap lendir 

4) Keringkan dan Rangsang taktil. 
- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas lebih baik. 
- Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini: 
- Menepuk atau menyentil telapak kaki. 
- Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan 

Rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus, tidak akan banyak menolong dan malahan dapat membahayakan bayi. 

5) Reposisi. 
a. Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan). 
b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan. 
c. Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi). Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur. 

6) Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak bernapas. Lakukan evaluasi meliputi: 
1. Pernapasan 
2. Frekuensi jantung 
3. Warna kulit 

Bila bayi bernafas, Frekuensi > 100x/menit maka PERAWATAN SUPORTIF . 

B. BREATHING (VTP) 
Bila Frekuensi < 100x/menit /APNUE VTP (Ventilasi Tekanan Positif) 
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur. 

1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan. 
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi. 

2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi. 
Ventilasi percobaan (2 kali) Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air. Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveloli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas. 

Lihat apakah dada bayi mengembang, Bila tidak mengembang : 
· Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar. 
· Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran. 

Bila dada mengembang lakukan tahap berikutnya : 
· Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30 detik. 
· Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur? 

Kecukupan ventilasi dinilai dengan memperhatikan gerakan dinding dada dan auskultasi bunyi napas. 

Bila bayi bernafas, Frekuensi > 100x/menit, kemerahan PERAWATAN LANJUT 

C. CIRCULATION 

Apabila setelah dilakukan VTP, Frekuensi < 60x/menit VTP dan kompresi dada 
Kompresi Dada 
Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari dinding dada dengan kedua tangan dan menggunakan ibu jari untuk menekan sternum atau dengan menahan punggung bayi dengan satu tangan dan menggunakan ujung dari jari telunjuk dan jari tengah dari tangan yang lain untuk menekan sternum. 

1. Tehnik penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena kontrol kedalaman penekanan lebih baik. 
2. Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum dengan kedalaman ± 1,5 cm dan dengan frekuensi 90x/menit. 
3. Dalam 3x penekanan dinding dada dilakukan 1x ventilasi sehingga didapatkan 30x ventilasi per menit. Perbandingan kompresi dinding dada dengan ventilasi yang dianjurkan adalah 3 : 1. 
4. Evaluasi denyut jantung dan warna kulit tiap 30 detik. Bayi yang tidak berespon, kemungkinan yang terjadi adalah bantuan ventilasinya tidak adekuat, karena itu adalah penting untuk menilai ventilasi dari bayi secara konstan. 

D. DRUG 
Bila Frekuensi < 60x/menit, berikan EPINEPRIN 

AIR KETUBAN BERCAMPUR MEKONIUM ? 
Bila tidak terdapat mekonium Lakukan LANGKAH AWAL 

Bila air ketuban bercampur mekonium, lakukan penilaian bayi bugar atau tidak : 
1. Usaha nafas baik 
2. Tonus otot baik 
3. Frekuensi > 100x/menit 

Bila bayi bugar LANGKAH AWAL , Bila bayi tidak bugar penghisapan mulut dan trachea LANGKAH AWAL. 

II.12. ASUHAN PASCA RESUSITASI 
Asuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pascaresusitasi dilakukan pada keadaan: 
1. Resusitasi berhasil  : Resusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif. Lanjutkan dengan asuhan berikutnya. 
Konseling : 
1. Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan. 
2.  Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila ditemukan kelainan, segera hubungi penolong. 
3. Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan pernapasan perlu banyak energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok energi yang dibutuhkan. 
4. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode Kangguru). 
5. Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi. 

Lakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk: 
· Anjurkan ibu menyusukan sambil membelai bayinya 
· Berikan Vitamin K, antibiotik salep mata, imunisasi hepatitis B 

Lakukan pemantuan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jam pertama : 

Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi : 
1. Tarikan interkostal, napas megap-megap, frekuensi napas >< 60 x per menit. 
2. Bayi kebiruan atau pucat. 
3. Bayi lemas. 
4. Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal. 
Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering. 
Tunda memandikan bayi hingga 6 – 24 jam setelah lahir (perhatikan temperatur tubuh telah normal dan stabil). 

2. Bayi perlu rujukan : Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujuk ke fasilitas rujukan. 

Tanda-tanda Bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi : 
1) Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit 
2) Adanya retraksi (tarikan) interkostal 
3) Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap- megap (bising napas inspirasi) 
4) Tubuh bayi pucat atau kebiruan 
5) Bayi lemas 
Konseling : 
1, Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu atau keluarganya. 
2. Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk menemani ibu dan bayi selama perjalanan rujukan. 
3. Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang kondisi bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga ibu baru melahirkan bayi yang sedang dirujuk. 
4. Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama perjalan ke tempat rujukan 

Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk : 
1. Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu tubuh) dan catatan medik. 
2. Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi dalam posisi “Metode Kangguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam satu selimut. 
3. Lindungi bayi dari sinar matahari. 
4. Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada bayinya, kecuali pada keadaan gangguan napas, dan kontraindikasi lainnya 

Asuhan lanjutan : 
Merencanakan asuhan lanjutan sesudah bayi pulang dari tempat rujukkan akan sangat membantu pelaksanaan asuhan yang diperlukan oleh ibu dan bayinya sehingga apabila kemudian timbul masalah maka hal tersebut dapat dikenali sejak dini dan kesehatan bayi tetap terjaga. 

3. Resusitasi tidak berhasil : Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan maka hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral. 


BAB III 
PENUTUP 

III.1. Kesimpulan 
Di seluruh dunia , lebih dari 1 juta bayi pertahun akan membaik melalui penggunaan teknik program resusitasi neonatus. Hampir semua bayi sehat 10 % memerlukan sebagian tindakan resusitasi . 1 % memerlukan resusitasi lengkap untuk mempertahankan kehidupannya. Paru-paru janin berkembang didalam kandungan ,tetapi alveoli masih terisi cairan. Pembuluh darah paru janin masih kontriksi sehingga darah untuk perfusi paru dipompakan dari arteri pulmonalis melalui duktus arteriosus ke aorta .Saat lahir , cairan dalam alveoli diserap jaringan paru dan diganti dengan udara. Masuknya oksigen sesaat lahir , akan menyebabkan relaksasi arteri pulmonalis akan meningkat secara dramatis . darah akan menyerap oksigen dari udara ke alveoli dan darah yang kaya oksigen akan diedarkan ke seluruh tubuh bayi. 

Kekuranggan oksigen pada paru-paru janin akan mengakibatkan kontriksi arteri pulmonal dan menghambat aliran darah arterial dalam oksigen . Pada awalnya aliran darah ke usus, ginjal, otot, dan kulit akan berkurang, akan tetapi aliran darah ke jantung dan otak tetap dipertahankan . kekuranggan oksigen yang berlanjut akan mengakibatkan kerusakan otak, kerusakan organ lain , atau kematian. Pada saat janin atau bayi baru lahir kekurangan oksigen akan terjadi pernapasan yang cepat dan diikuti dan diikuti oleh apnue primer. Apnu primer akan dapat diatasi dengan rangsangan taktil. Jika oksigen tetap berlangsung akan terjadi apnu sekunder Frekuensi jantung akan berkurang ,tekanan darah juga akan menurun. Apnu sekunder tidak dapat diatasi dengan pemberian rangsangn, akan tetapi harus diberikan bantuan ventilasi. 

Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Tenaga kesehatan harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. (Hudak dan Gallo, 1997).

III.2. Saran 
1. Tenaga kesehatan harus dapat mengetahui tanda dan gejala secara dini agar dapat melakukan penanganan segera 
2. Dengan asuhan kebidanan yang diberikan, diharapkan dapat memberi gambaran pengalaman bahwa segera akan memberikan damapak yang tidak merugikan untuk di masa yang akan datang . 
3. Meningkatkan upaya-upaya untuk KIA, Promotif, preventive, kuratif, dan rehabilitatif, kepada masyarakat, sehingga ikut berperan serta dalam upaya menurunkan Angka Kematian Bayi.


DAFTAR PUSTAKA

Modul APN, 2007
Chapman,vicky,2006,Asuhan Kebidanan persalinan & kelahiran,EGC,Jakarta.
Prawirohardjo,Sarwono,2009,ilmu kebidanan,Bina pustaka,Jakarta.
http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/resusitasi-pada-neonatus.html http://bidanshop.blogspot.com/2010/02/resusitasi-bayi-baru-lahir.html

Jumat, 16 Desember 2011

Perubahan anatomi fisiologis pada ibu hamil (sistem reproduksi, payudara, endokrin)

KATA PENGANTAR 

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa penulis telah menyelesaikan tugas mata pelajaran Askeb I dengan membahas “Perubahan anatomi fisiologis pada ibu hamil (sistem reproduksi, payudara, endokrin)” dalam bentuk makalah.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat kekompakan kelompok, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Dosen mata kuliah Askeb I yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
Teman-teman yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.


BAB I 


PENDAHULUAN 

I.1. Latar Belakang

Sementara kehamilan berkembang, tubuh mulai melakukan banyak perubahan dan penyesuaian diri untuk membantu pertumbuhan bayi. Beberapa perubahan tubuh tidak terasa atau tampak oleh ibu hamil. Beberapa perubahan tubuh cukup mengganggu ibu hamil dan beberapa perubahan tidak mengganggu. Perubahan tubuh yang terjadi selama kehamilan tersebut merupakan hal yang normal dan sebetulnya hal tersebut jika mengganggu dapat diatasi. Perubahan tersebut perlu diketahui oleh ibu hamil.

I.2. Tujuan

Tujuan kami menulis makalah ini adalah untuk :

- Mengetahui tentang perubahan sistem reproduksi, payudara, dan endokrin pada ibu hamil

- Mengetahui perubahan tiap trimesternya

- Menambah wawasan dan pengetahuan

- Sebagai tugas dari mata kuliah Askeb I


BAB II 

PEMBAHASAN 

Perubahan sistem reproduksi pada ibu hamil :

1. Uterus

Uterus berkembang sampai ke xifisternum. Pengurangan tinggi fundus uteri dikenal dengan istilah lightening, terjadi pada beberapa bulan terakhir kehamilan, pada saat fetus turun ke bagian bawah uterus. Hal ini bertujuan untuk membuat jaringan pelvik menjadi lebih lunak, dengan tonus uterus yang baik, dengan formasi yang baru dari segmen bawah rahim.

Pada primigravida hal ini juga memacu penurunan fetus ke dalam pelvic dan kepala menjadi engaged. Pada wanita multipara, penurunan kepala biasanya tidak terjadi sampai proses persalinan tiba. Perkembangan segmen bawah rahim dari ujung istmus berakhir sampai proses persalinan. Setelah diukur kira-kira 1-3 bagian tubuh uterus sangat tipis dan mengandung sedikit otot. Kontraksi pada bagian ini tidak sama dengan yang ada di fundus dan di korpus.

Uterus tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan u elastisitas / kelenturan uterus.

Pengaruh hormon estrogen dan progesteron :

— Hipertrofi dan dilatasi otot

— Penumpukan jaringan fibrosa dan elastik untuk menambah kekuatan dinding uterus

— Penambahan jumlah dan ukuran pembuluh darah vena

— Dinding uterus semakin lama semakin menipis

— Uterus kehilangan kekakuan dan menjadi lunak dan tipis bersamaan dengan bertambahnya umur kehamilan



Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :

- Tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)

- Kehamilan 8 minggu : telur bebek

- Kehamilan 12 minggu : 1-2 jari di atas symphisis

- Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat

- Kehamilan 20 minggu : 3 jari di bawah pusat

- Kehamilan 24 minggu : setinggi pusat

- Kehamilan 28 minggu : 3 jari di atas pusat

- Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-px

- 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah px

2. Serviks 

Serviks mengandung lebih banyak jaringan serabut dan sedikit jaringan otot dibandingkan bagian uterus, yang juga memperlihatkan dominasi pada bagian fundus dari kontraksi uterus. Serviks ini juga berfungsi sebagai barier yang efektif terhadap infeksi saat kehamilan. Hal ini juga terstruktur untuk melindungi fetus pada saat perkembangannya, dengan cara menutup dan menyediakan resistensi terhadap tekanan dari atas saat ibu dalam posisi berdiri.

Dalam pengaruh progesterone, sel secret mucus endoserviks menjadi lebih tebal dari infeksi aterm. Panjang serviks 2,5 cm pada saat hamil, terapi estrogen menyebabkan semakin lebar,. Endoserviks sel yang membuka dapat memperlihatkan erosi. Estrogen juga meningkatkan vaskularitas serviks dan bila dilihat dengan speculum serviks terlihat kebiru-biruan. Pada saat akhir kehamilan serviks akan matang. Hal ini terjadi karena respons meningkatnya kontraksi dan adanya kontrol hormonal. Prostaglandin dilepaskan dari jaringan local dan mengurangi konsentrasi kolagen di dalam serviks dan distensi dalam persiapan proses persalinan. Otot fundus menambah intensitas gelombang luar dari serviks yang menyokong proses persalinan. Effacement atau pemendekan serviks terjadi pada primigravida pada 2 minggu terakhir kehamilan, tetapi biasanya tidak terjadi pada multigravida sampai proses persalinan terjadi.

Rincian perubahan serviks pada ibu hamil :

— Bertambah & menjadi lunak(tandaGoodell)

— warna nya menjadi livid (kebiru-biruan)tanda chadwick .

— terjadi perlunakan

— mengeluarkan sekret mukus endoserviks karena pengaruh progesteron u perlindungan terhadap infeksi

— estrogen meningkatkan vaskularitas sehingga timbul tanda chadwick

— prostaglandin dilepaskan dari jaringan untuk perlunakan serviks

effacement a/ pemendekan terjadi pada primigravida pada 2 minggu terakhir 

3. Vagina

Estrogen menyebabkan perubahan lapisan otot dan epithelium. Lapisan otot mengalami hipertrofi dan kapasitas vagina mengalami tekanan. Hal ini selalu berubah di sekeliling yang berhubungan dengan jaringan yang kea rah vagina menjadi lebih elastic.

Perubahan pada vagina dapat membuat vagina terbuka pada kala kedua pada proses persalinan untuk memudahkan bayi lahir. Epitel menjadi tebal dan menjadi tanda deskuamasi meningkat. Vagina menghasilkan cairan berwarna putih yang dikenal dengan leukorea. Sel epitel juga meningkatkan kadar glikogen. Sel ini berinteraksi dengan hasil dedoelein yang merupakan bakteri komensal dan menghasilkan lingkungan yang lebih asam. Lingkungan ini menyediakan perlindungan ekstra terhadap organisme tetapi merupakan keadaan menguntungkan bagi Candida albican.

Vagina menjadi lebih tervaskularisasi dan berwarna violet, hal ini kemungkinan disebabkan oleh hyperemia.

— jaringan otot mengalami hypertrofi

— terjadi peningkatan vaskularisasi

— peningkatan pengeluaran pervaginam

— Selama kehamilan pH vagina menjadi lebih basa, dari 4 menjadi 6,5. Hal ini membuat bumil lebih rentan terhadap infeksi vagina

— Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat yang longgar, hipertrofi otot polos, dan pemanjangan vagina. Peningkatan vaskularisasi menimbulkan warna ungu kebiruan pada mukosa vagina dan serviks, disebut tanda Chadwick. 

Perubahan payudara :
Karena adanya peningkatan suplai darah di bawah pengaruh aktivitas hormone, jaringan glandular dari payudara membesar dan putting menjadi lebih efektif walaupun perubahan payudara dalam bentuk yang membesar terjadi pada waktu menjelang persalinan. Estrogen menyebabkan pertumbuhan tubula laktiferus dan duktus juga menyebabkan penyimpanan lemak. Progesterone menyebabkan tumbuhnya lobus, alveoli lebih tervaskularisasi dan mampu bersekresi. Hormon pertumbuhan dan glukokortikoid juga mempunyai peranan penting dalam perkembangan ini. Prolaktin merangsang produksi kolostrum dan air susu ibu.

Minggu ke-6 sampai ke-8 kehamilan : Jaringan lunak payudara menjadi lebih noduler (terasa berbenjol) pada perabaan. Terdapat sensasi penuh, nyeri tekan dan kesemutan, banyak wanita tidak menyukai payudaranya disentuh pada masa kehamilan ini. Karena terjadi peningkatan suplai darah, maka vena subkutann menjadi lebih tampak nyata.

Minggu ke-12 : Pigmentasi pada papilla an areola mammae menjadi lebih nyata. Glandula sebacca yang terletak di dalam aerola membesar dan menyekresi sebum dan bahan seperti minyak yang berguna untuk melumasi papilla mammae. Pada stadium ini kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai tuberculum Montgomery. Kolostrum mulai keluar dari papilla mammae pada pasien multigravida yang telah mantap menyusui pada masa sebelumnya. Wanita primigravida baru akan memproduksi kolostrum pada akhir kehamilan. Pada stadium ini fungsinya kolostrum sebagai bakal air susu adalah menyediakan sarana sekretorik dan pembuluh lactifer untuk keluarnya air susu secara bebas saat postnatal. Pada mulanya kolostrum ini tampak sebagai cairan yang jernih seperti air.

Setelah 16 minggu : Suatu daerah yang berbercak-bercak akan timbul di sekitar areola mammae dan dikenal sebagai areola sekunder. Areola sekunder ini lebih tampak nyata pada wanita kulit hitam. Setelah bayi lahir areola sekunder ini hilang. Kolostrum sejati tampak setelah minggu ke-16. Kolostrum ini warnanya menjadi lebih kuning dan mempunyai konsistensi yang lebih menyerupai krim. Jaringan granuler pada pusat alveoli, yang telah mengalami degenerasi lemak, sekarang dikeluarkan sebagai corpusculum colostrum.

Perubahan pada sistem endokrin :
1. Hormon Plasenta

Sekresi hormone plasenta dan HCG dari plasenta janin mengubah organ endokrin secara langsung. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan produksi globulin meningkat dan menekan produksi tiroksin, kortikosteroid dan steroid, dan akibatnya plasma yang mengandung hormone-hormon ini akan meningkat jumlahnya, tetapi kadar hormone bebas tidak mengalami peningkatan yang besar.

2. Kelenjar Hipofisis
Berat kelenjar hipofisis anterior meningkat sampai 30-50% yang menyebabkan wanita hamil menderita pusing. Sekresi prolaktin, hormone adrenokortikotropik, hormone tirotropik, dan melanocyt stimulating hormone meningkat. Produksi hormone perangsang folikel dan luteinizing hormone dihambat oleh estrogen dan progesterone plasenta.

Efek meningkatnya sekresi prolaktin adalah ditekannya produksi estrogen dan progesterone pada masa kehamilan. Setelah plasenta dilahirkan, konsentrasi prolaktin plasma akan menurun, penurunan ini masih terus berlangsung sampai saat ibu menyusui. Tetapi prolaktin masih tetap disekresi karena adanya rangsangan dari isapan bayi yang juga menstimulasi produksi air susu.

Penelitian terbaru mengatakan bahwa tidak ada bukti akurat yang dapat membuktikan kontraksi yang disebabkan oleh penurunan kadar progesterone.

3. Kelenjar Tiroid
Dalam kehamilan, normalnya ukuran kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran kira-kira 13% karena adanya hyperplasia dari jaringan glandula dan peningkatkan vaskularitas. Secara fisiologis akan terjadi peningkatan ambilan iodine sebagai kompensasi kebutuhan ginjal terhadap iodine yang meningkatkan laju menjelaskan penyakit gondok disebabkan oleh defisiensi iodine.

Walaupun kadang-kadang kehamilan dapat menunjukkan hipertiroid, fungsi tiroid biasanya normal. Namun, peningkatan konsentrasi T4 (tiroksin) dan T3 (triodotironin) juga dapat merangsang peningkatan laju metabolism basal. Hal ini disebabkan oleh produksi estrogen stimulated hepatic dari tiroksin yang menekan globulin.

4. Kelenjar Adrenal
Karena dirangsang oleh hormone estrogen, kelenjar adrenal memproduksi lebih banyak kortisol plasma bebas dan juga kortikosteroid, termasuk ACTH dan hal ini terjadi dari umur 12 minggu sampai masa aterm. Karena kortisol bebas menekan produksi ACTH, maka disimpulkan adanya gangguan mekanisme feed-back.

Diperkirakan kortisol bebas yang meningkat mempunyai efek yang berlawanan terhadap insulin. Dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah, adanya asam lemak dan produksi glikogen, dan menurunnya tingkat penyebaran glukosa oleh otot dan lemak, dapat membuat kebutuhan fetus akan glukosa terpenuhi. Peningkatkan konsentrasi kortisol bebas pada saat masa kehamilan juga menyebabkan hiperglikemia pada saat setelah makan.

Peningkatan plasma kortikol bebas juga dapat menyebabkan ibu hamil mengalami kegemukan di bagian-bagian tertentu karena adanya penyimpanan lemak dan juga dapat merangsang adanya strine gravidarum. Karena adanya stimuli dari estrogen dan progesterone, maka terjadilan peningkatan konsentrasi renin yang besar yang berfungsi sebagai tambahan, selain renin yang diproduksi di uterus dan korion. Peningkatan kortisol dan tekanan darah merangsang sistem renin-angiotensin dapat juga menjaga keseimbangan efek hilangnya garam yang disebabkan oleh korteks adrenal. Kadar aldosteron meningkat sampai 200-700 ng/l sampai pada akhir kehamilan, sedangkan kadar aldosteron pada wanita tidak hamil adalah 100-200 ng/l.

Efek dari aldosteron adalah meningkatnya penyerapan natrium, yang dapat member keseimbangan bagi tubuh karena garam yang hilang dan sekresi air meningkat. Ketidakseimbangan zat-zat ini, dapat menyebabkan wanita hamil tersebut mengabsorpsi kembali natrium dari ginjal sehingga memengaruhi keadaan cairan tubuh yang dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan angiotensin H juga akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah dengan cepat jika tidak ada vasodilator oleh prostaglandin dan prostasiklin.

HCG mengurangi respons imunitas dalam kehamilan. Kadar immunoglobulin IgC dan IgM menurun dari kehamilan 10 sampai 30 minggu dan tetap pada kadar ini sampai aterm. Titer antibody terhadap cacar, influenza A, dan herpes simpleks mengalami p engurangan sebagai efek dari hemodilusi, karena itu resistensi terhadap virus dapat berubah.

BAB III 


PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon : estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin dsb. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan selama awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan.

Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol. (beberapa kepustakaan tidak memasukkan payudara dalam sistem reproduksi wanita yang dipelajari dalam ginekologi).

Uterus
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas / kelenturan uterus.

Vagina / vulva
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah kebiruan (tanda Chadwick).

Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal.

III.2. Saran

Ibu hamil perlu mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada anatomi dan fisiologinya agar ibu tahu bahwa perubahan itu normal dan ibu dapat mencegah terjadinya kelainan atau hal-hal yang tidak diinginkan terkait masalah kehamilannya. 


DAFTAR PUSTAKA 

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Penerbit Salemba Merdeka


Cara Mengecilkan Pori-Pori di wajah


Heii Para wanita... “jangan melakukan sesuatu berlebihan” masih selalu berlaku. Dalam aplikasinya terhadap perawatan kulit, pengguna kosmetik yang terlalu sering dapat mengakibatkan pori-pori wajah menjadi makin melebar. Menurut Dr. Neal Schultz dari DermTV.com, pori-pori melebar karena penumpukan bahan kimia di kulit sehingga memancing bagian dalamnya mencari celah untuk bernafas. Akibatnya minyak pun terpancing keluar dari dalam untuk melindungi permukaan kulit. Apabila dilihat dengan mata telanjang, pori-pori pun terlihat terbuka.

Kotoran tak terlihat yang Anda bawa dari luar rumah tanpa Anda duga juga memancing pori-pori melebar lebih cepat. Dilansir dari Beauty Advices, penyebab pori-pori melebar lainnya adalah perubahan hormonal, diet yang tidak teratur, dan yang paling signifikan: kebiasaan merokok.

Beberapa tips di bawah ini akan membantu mengecilkan kembali keadaan pori-pori di wajah sehingga kulit Anda mulus dan sehat seperti sediakala :
1. Selalu bersihkan wajah dengan pembersih yang tepat
Ini adalah cara paling dasar membuat kulit tampil cemerlang. Seperti perawatan rambut, pembersih wajah pun memiliki tipenya masing-masing. Carilah yang tepat dengan tipe kulit Anda. Pastikan pembersih tersebut secara efektif membersihkan sel mati yang menumpuk di kulit.

Pembersih yang bebas minyak adalah yang ideal untuk segala jenis kulit. Gunakan dua sampai tiga kali sehari secara teratur. Dilansir dari Daily Glow, penggunaan pembersih wajah yang tepat adalah pagi dan malam hari sebelum tidur untuk memberantas minyak berlebih, polusi yang menempel di kulit, serta menghabisi sel kulit mati. Gunakan air hangat untuk membantu membuka pori-pori sementara agar proses pencucian berjalan maksimal sampai balik kulit.



2. Diet yang lebih baik
Berapa makanan instan dan terproses kimiawi yang Anda makan setiap harinya? Kalau banyak, kurangi mulai sekarang. Makanan-makanan tersebut mengandung lemak trans yang dapat memicu penuan dini dari dalam. Salah satu gejalanya yang paling jelas adalah pori-pori melebar. Village merekomendasikan lemak alami seperti minyak zaitun sebagai bahan makanan ideal.

Banyak memakan sayur-sayuran, buah-buahan turut membantu menyegarkan kulit Anda dari dalam. Ingat, makanan yang mengandung vitamin A dapat membantu pergantian sel kulit mati secara efektif.

3. Pelembab wajah dapat mengurangi minyak berlebih
Pori-pori wajah yang melebar ditandai pula dengan hadirnya minyak berlebih. Sebenarnya itu merupakan perlindungani alami di kulit wajah Anda, tapi kehadirannya yang berlebihan tentu sangat mengganggu penampilan Anda. Gunakan pelembab ringan yang mampu menekan produksi minyak tersebut dalam batas aman. Kulit yang sangat berminyak disarankan menggunakan pelembab tanpa minyak.

4. Kencangkan kulit dengan senam wajah
Carole Maggio, penulis buku Facercise, menyarankan bahwa senam wajah yang teratur juga memancing bagian dalam kulit untuk aktif dan sehat. Hal ini membantu pengencangan kulit secara alami dan membuat darah mengalir dengan baik, khususnya di daerah wajah.

5. Minum air putih setiap hari
Air merupakan obat paling alami dengan seribu satu manfaat. Untuk perawatan jangka panjang, jangan biarkan kulit Anda mengalami kekurangan cairan. Fungsi dasar air putih untuk kulit Anda adalah memberikan pasokan cairan yang bagus serta membantu menjaga keseimbangan alami kulit. Ini yang membuat air dianggap sebagai mineral terbaik . 

Sabtu, 10 Desember 2011

Tips Mengatasi Rasa Rindu dengan kekasih ( LDR )

    Love to make happy, sad and love making love also makes sense greatly missed. :)

       Naah, Bagi pasangan kekasih yang baru maupun yang udah lama sekalipun mungkin nggak ketemu satu hari aja seperti nggak ketemu 1 tahun. kali yaa , haha . Memang itu normal-normal aja sih, nggak peduli rumah jauh atau deket pun yang namanya rasa kangen emang nggak bisa ditahan,obat kangen yang paling manjur yaa emang harus ketemu dengan si Dia :) hhee . Persoalan timbul jika jarak anda dan Dia terlampau jauh,misalnya nih karena melanjutkan kuliah si Dia pindah ke luar kota untuk menuntut ilmu. 

Sekarang rasa kangen kita bertambah,terlebih lagi ketika hubungan kita terbatasi oleh jarak yang memisahkan. Rasa kangen yang berlebihan akan berakibat buruk pada psikologis kita ,semangat kerja menurun,malas makan dan sulit tidur yang akhirnya mengganggu kesehatan tubuh kita . mungkin ada jugaa yang kayak gitu :D hehe 

Bagaimana kita bisa mengatasi rasa kangen yang berlebihan dengan kekasih kita yang jauh disana alias *jika anda ada yang menjalani LDR ? Naah, ini nih tips-tips dari aku yang bisa anda coba :

1. Coba buat kesibukan baru yang membutuhkan konsentrasi penuh dalam pelaksanaannya. Dengan kesibukan baru, kita bisa nambah teman dan nggak mikirin dia terus. Ikut kegiatan yang sesuai minat, misalnya les musik atau bahasa asing. Menggambar atau melukis juga oke untuk melepas stres. Bantuin nyokap bersih-bersih rumah juga boleh, ngebersihin kost-an juga boleh and terserah deh, yang penting menyibukkan diri.

2. Usahakan keluar rumah. Kemungkinan ketemu teman atau mengalami hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan bisa membuat kita melupakan rasa kangen itu sejenak.

3. Hang-out bareng teman-teman. Kalau selama pacaran kita sempat ‘nyuekin’ teman-teman terdekat, inilah saatnya membangun lagi hubungan dengan mereka. Pergilah ke tempat-tempat baru yang asyik dan enak buat ngobrol. Pasti seru, kita pun nggak bete lagi karena kangen pacar ! Siapa tahu, bakal dapat ide atau suasana baru yang bisa bikin bersemangat lagi.

4. Hindari pergi ke tempat-tempat kenangan, karena hal itu bakal bikin memori kita kembali melayang ke dia.


5. Telepon atau kirim SMS. Jangan lupa, komunikasi itu hal terpenting dalam pacaran, apalagi kalau jarang ketemu. Paling nggak, sehari sekali kita SMS atau e-mail dia. Katakan bahwa kita kangen banget sama dia. Pokoknya, ungkapkan semua perasaan padanya saat itu juga. Selain bikin lega, si dia juga jadi tahu kalau kita, tuh, tetap care dan sayang sama dia.


6. Jangan berdiam diri apalagi mengurung diri di kamar. Bisa jadi, hal itu justru semakin menyiksa dan membuat suasana jadi mellow.


7. jangan pernah sedikit pun mengurangi rasa sayang padanya.


Itulah sedikit tips yang bisa anda coba untuk sekedar mengurangi rasa kangen,janganlah memendam rasa kangen yang berlebihan karena anda akan semakin terpuruk karena perasaan itu sendiri.Bangkitlah dan mulai melakukan kegiatan positif yang lebih berguna bagi diri anda sendiri dan oran lain.

Rabu, 11 Mei 2011

Bisikan Hatiku


Grafiti terindah *DG : 

Malam ini begitu dingin 
hati ini begitu hening 
bergerak pun aku tak ingin
hati ini seolah bicara yang aku pikirkan hanya satu 
Aku takut akan waktu 
yang bisa saja merebutmu dari hidupku
aku hanya inginkan kamu 

jangan pernah redup diantara cahaya 
Meski siang membakar arang
meski malam melekat pekat
sebab senyum dan perhatianmu
menjadikan hidupku lebih berarti 

Warna cinta dari sebentuk hati
yang mengajariku dahsyatnya rindu
untukmu yang bersinar 
diantara kerlip bintang dan hamparan cahaya 
jangan pernah lukai aku
karna itu akan membuatku hancur 
aku tak akan pernah bahagia
jika kau meninggalkan aku
karna engkaulah jiwa ku .

with love,

Egaa Melysa Hendri